Tujuan Pembelajaran Khusus:
- CGP
membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan
beraneka cara dan media.
- CGP dapat
melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari
pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan
keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk
memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Kegiatan Pemantik:
Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa
maksudnya:
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan
mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
~ Bob Talbert ~
- Dari
kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda
pelajari saat ini?
- Bagaimana
nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan
keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
- Bagaimana
Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses
pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika
dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini?
Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):
1.
Bagaimana filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin?
Jawab :
Filosofi Pratap Triloka KHD yang
dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan
Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam
mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid.
Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang tugasnya adalah menuntun
kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan
arah dan membahayakan dirinya. Makna kata “Penuntun”, dapat dipahami sebagai
“Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid.
Berlandaskan filosofi Pratap
Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan
positif pada BUDI PEKERTI. BUDI (cipta, rasa, karsa) dan PEKERTI (tenaga/raga)
harus seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada
kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju
kepada KEBIJAKSANAAN. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan
harus berorientasi kepada murid, atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah
" Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak
untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak".
"Pendidikan itu harus
memerdekakan"
Pengambilan keputusan yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan
memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk
mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya
sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan
lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama
dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.
2.
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Jawab :
Nilai-Nilai Kebajikan
Nilai-nilai yang dimiliki seorang
guru adalah nilai kebajikan, di antaranya keadilan, tanggung Jawab,
kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin,
komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan
nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada
murid-murid kita.
Sebagai Calon Guru Penggerak,
tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai
kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang,
kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan
penghargaan akan hidup.
Untuk dapat mengambil keputusan
diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut
merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi
semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.
3.
Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah
ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’
yang telah dibahas pada sebelumnya.
Jawab :
Dalam dunia pendidikan Coaching merupakan
proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif
yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil
keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang
dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Proses
coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan
menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam sebuah
tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (TIRTA).
Menilik kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama
guru (Pamong), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem
Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun
kekuatan kodrat anak (murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan
dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I:
Identifikasi, R:
Rencana aksi, dan TA:
Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari
hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka,
mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. kita, sebagai guru memiliki tugas
untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah
menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan
sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya.
Hal ini selaras dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar
menjadi lebih merdeka.
Pendekatan coaching model TIRTA menjadi selaras
jika disandingkan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang
bertanggung jawab dan berpihak pada anak. Keterampilan coaching akan
membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan
melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Dalam proses
coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan
situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang
sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan
pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching.
Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan
keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi
atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.
4. Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema
etika?
Jawab :
Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan
diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta
interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan
keselamatan, serta norma sosial (CASEL).
Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan
berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti
meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat,
berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013,
hal. 37). Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan
perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh
pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.
5. Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Jawab :
Sebagai seorang pendidik seringkali kita
dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita
harus mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa
tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu
lebih berupa bujukan moral. "Etika terkait dengan karsa karena
manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang
saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran
moral." (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal.
43).
Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa
merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini
pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh
seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah
yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang
mengandung unsur dilema etika. Ketika Guru
berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka
nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik
akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang
dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid ,
tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan
seorang Guru Penggerak .
Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran kita
memiliki kecenderungan pada prinsip : (1). Melakukan, demi kebaikan orang
banyak.; (2). Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri
kita; (3). Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada
diri Anda. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan
situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.
6. Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Jawab :
Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang
mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa
tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :
- Mengidentifikasi
jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
- Memilih dan
memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan
dalam dilema pengambilan keputusan.
- Menerapkan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika
- bersikap
reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut
7. Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Jawab :
- Mengambil
keputusan sendiri untuk masalah/kasus pribadi saya sebagai pendidik
- Ketika
berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan masyarakat (dalam
konteks di sekolah). Kecenderungan pendapat individu (kelompok kecil) akan
terpatahkan oleh masyarakat (kelompok besar). Sebagai contoh, dalam
pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak yang memiliki kompetesi
pengetahuan rendah tetapi memiliki nilai karakter yang baik.
- Trauma
dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
- Kekhawatiran
jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi
sebagian besar suatu pihak.
- Menyelidiki
situasi atau masalah secara detail atau mengumpulkan
berbagai macam informasi terkait dengan situasi tersebut. Contoh :
Seringkali informan memberi keterangan yang tidak konsisten.
8.
Apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk
potensi murid kita yang berbeda-beda?
Jawab :
"Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua
prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang
terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan
untuk membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik.
Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada
peningkatan pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)
Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran
yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan
keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat
“menuntun” dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk
merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang
didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang
sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.
9. Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Jawab :
Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik,
sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang
pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai
kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang
sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan
universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran,
Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen,
Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin
pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan
menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi
murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar
Pancasila.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Jawab :
Guru sebagai pendidik yang peran utamanya adalah "menuntun"
segala kodrat yang dimiliki oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya,
agar anak meraih kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru
berperan sebagai pamong, yang mengedepankan azaz pratap trikolaka ing
ngarso sung thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam
kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh
guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif
pada BUDI PEKERTI anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada
kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju
kepada KEBIJAKSANAAN.
Dibutuhkan nilai-nilai kebajikan agar setiap keputusan
yang diambil oleh guru merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang
paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada
anak didik kita. Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa : keadilan,
tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih
Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.
Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan
kepada murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru
Penggerak yang akan menjadi role model bagi murid yaitu : mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid ,
tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan
seorang Guru Penggerak .
Selain itu, diperlukan
kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial
(relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang
konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka
berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma
sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai
pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi berkesadaran
penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama
berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya
perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh, maka
seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih
jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan
reflektif.
Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya,
dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab,
nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :
·
Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui
dari suatu kasus
·
Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk
membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.
·
Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang
diambil dalam dilema etika
·
bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut
Karena itu, dibutuhkan
keterampilan Kepemimpinan Pendukung Pemimpin Pembelajaran, diantaranya,
adalah sebagai berikut :
·
Pengetahuan diri
·
Manajemen Waktu dan Kehidupan
·
Agen Perubahan
·
Tujuan dan Usaha Bersama
·
Pengambilan Keputusan Beretika
·
Pengaruh Komunikasi Persuasif
·
Budaya Iklim Komunitas
·
Transisi Kepemimpinan dan Perencanaan Suksesi
·
Arahan yang Jelas dan Tegas
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang
telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Jawab :
Dilema
Etika adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar lawan
benar. Bujukan moral adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan
antara benar lawan salah. Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, tentu
seringkali kita menghadapi situasi dimana kita harus mengambil keputusan dimana
terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama[1]sama
memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Namun sesulit apapun
keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan
3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal,
dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Secara
umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika
yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 1. Individu lawan kelompok
(individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs
mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan
jangka panjang (short term vs long term). Seorang guru sebagai pemimpin
pembelajaran juga bisa menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan
keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki
kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan.
Ketiga prinsip tersebut adalah: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis
Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Suatu
pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau
nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada
akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita
ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan
universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran,
guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang
tepat. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah
keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan
keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan pengambilan dan
pengujian keputusan 1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 3. Mengumpulkan fakta-fakta
yang relevan dalam situasi ini 4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji
regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola) 5. Pengujian
paradigma benar atau salah 6. Prinsip pengambilan keputusan 7. Investigasi tri
lema 8. Buat keputusan 9. Meninjau kembali keputusan dan refleksikan. Hal yang
menurut saya diluar dugaan adalah saat saya mengambil suatu keputusan saya
berfikir hanya perlu mengumpulkan fakta dan melihat benar-salah. Ternyata dalam
pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun
perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan. Karena selama ini saya berargumen jika pengambilan
keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang memiliki resiko paling sedikit
terhadap institusi dan diri sendiri.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana
pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Jawab :
Sebelum saya mempelajari modul ini,
saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi
moral dilema. Bedanya dengan modul ini, setiap keputusan yang saya ambil dalam
suatu instansi ataupun organisasi selalu saya dasarkan kepada dasar hukum/regulasi
yang ada, dan selalu saya musyawarahkan dalam organisasi tersebut. Namun dalam
modul ini, saya mengenal 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9
langkah pengujian pengambilan keputusan.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda,
perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Jawab :
Dampak
yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 adalah saya menjadi lebih
percaya diri dalam mengambil keputusan, terutama sebagai pemimpin pembelajaran.
Setelah melalui proses pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa
lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga
dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap
pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang
seharusnya. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang
bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan
universal serta terutama berpihak kepada murid.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda
sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Jawab :
Sangat penting sekali mempelajari modul 3.1 ini tentang “Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin”. Karena setiap kita adalah Pemimpin bagi diri kita sendiri, keluarga, maupun di instansi ataupun di organisasi lainnya. Dengan mempelajari modul ini, saya mendapatkan pengetahuan baru dalam mengambil keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Dan semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan.
No comments:
Post a Comment