Wednesday, February 22, 2023

3.2.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 3.2

Tujuan Pembelajaran Khusus:

  1. CGP dapat menganalisis tentang visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang ada.
  2. CGP dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan B - A - G - J - A dari tayangan video yang ada.
  3. CGP dapat mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran dari tayangan video.
  4. CGP dapat menganalisis modal utama apa saja yang dimanfaatkan contoh video praktik baik ini.

Setelah kita bersama-sama berproses, berlatih melihat, dan mengidentifikasi aset serta kekuatan yang dimiliki daerah bersama rekan lainnya, saatnya kita menganalisis tayangan video praktik baik yang menggambarkan pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran murid.  Dalam menganalisis video ini, Bapak dan Ibu CGP kembali mengaitkan pengetahuan mengenai visi, prakarsa perubahan, dan BAGJA yang sudah didiskusikan pada modul 1.3 sebelumnya. Berikut Link Video yang akan di analisis :

 


Berikut adalah tabel penjelasan BAGJA sebagai pengingat secara singkat, untuk lebih rincinya silahkan Bapak dan Ibu CGP membaca ulang dari modul 1.3 pada LMS.


Gunakan pertanyaan - pertanyaan di bawah ini untuk membantu menganalisis video.

  • Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?
  • Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?
  • Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?
  • Kegiatan/tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:

    1. B
    2. A
    3. G
    4. J
    5. A
  • Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?
  • Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalan tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

TAGIHAN
Hasil analisis menonton video praktik baik berupa narasi.

Jawab :

HASIL ANALISIS 

1.     Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?

Jawab :

Visi Sekolah tempat guru tersebut mengabdi adalah :

"MEMBENTUK PESERTA DIDIK YANG BERKARAKTER, KREATIF, MANDIRI, DAN KOLABORATIF"

2.     Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?

Jawab :

Prakarsa perubahan yang akan dilakukan adalah : 

“Mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar”

3.     Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?

Jawab :

Pertanyaan utamanya adalah bagaimana cara mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar, lalu perubahan apa yang bisa kita lakukan dalam kelas kita sendiri dengan begitu banyaknya potensi dan asset/kekuatan yang bisa menjadi penyemangat belajar secara berkelanjutan.

4.  Kegiatan/tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:

    1. B
    2. A
    3. G
    4. J
    5. A

Jawab :

Kegiatan atau tindakan yang dilakukan guru dalam tayangan video tersebut dengan menggunakan tahapan BAGJA adalah sebagai berikut;

  1. B – Buat pertanyaan Utama 

·      Guru berkoordinasi dengan kepala sekolah tentang prakarsa perubahan yang akan dilakukan.

·      Guru berkoordinasi dengan teman sejawat untuk merumuskan prakarsa perubahan yang akan dilakukan.

·      Meminta pendapat murid untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan semangat belajar 

·      Meminta pendapat murid tentang apa saja yang disukai di dalam kelas 

·      Mengajak murid untuk berkunjung kekelas 2 dan kelas 6 guna melihat hal-hal yang mereka sukai 

  1. A – Ambil Pelajaran

·      Guru memfasilitasi untuk melakukan survey secara langsung ke kelas 2 dan kelas 6 yang memiliki karya karya kelas yang beragam yang ditempelkan

·      Guru memberi kesempatan kepada murid untuk mencari inspirasi seluas – luasnya

·      Guru memfasilitasi murid dalam kelompok untuk mendiskusikan apa yang mereka sukai dari kelas lain dan apa dari kelas kita 

·      Guru menampung semua pendapat murid 

·      Guru memandu murid untuk mencari pengalaman positif dari kelas lain untuk dijadikan pelajaran 

 

  1. G – Gali Mimpi 

·      Guru memfasilitasi kelompok untuk mengambil bahan-bahan untuk menuliskan kelas yang mereka impikan. 

·      Guru meminta murid untuk membayangkan kelas impian mereka 

·      Guru meminta murid untuk menjelaskan design kelas yang mereka impikan sebagai penyemangat belajar 

·      Guru meminta murid untuk menyampaikan / mempresentasikan gagasan dari tiap kelompok dari kelas yang mereka impikan  

  1. J – Jabarkan Rencana 

·      Guru membimbing murid untuk membuat daftar hal-hal yang dibutuhkan untuk membuat kelas impian

·      Murid menyampaikan beberapa hal / ide untuk mewujudkan kelas impian, seperti : lantai yang bersih, dinding yang penuh hiasan, kursi yang bisa diubah – ubah, adanya rak buku dan lain sebagainya.

·      Murid diajak berkontribusi dalam membuat kelas impian tersebut

·      Guru membagi tugas secara berkelompok sebagai tanggung jawab bersama untuk mewujudkan kelas impian. 

  1. A – Atur Eksekusi 

·      Menentukan pembagian tugas kerja bagi murid secara berkelompok

·      Menyepakati waktu pelaksanaan untuk melakukan penyusunan kelas impian bersama dengan murid

·      Guru bersama-sama dengan murid menyiapkan alat dan bahan untuk mewujudkan kelas impian

·      Guru membimbing murid dalam pelaksanaan penyusunan kelas impian

  1. Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?

Jawab :

Peran Pemimpin yang tergambar dalam tayangan video tersebut adalah : 

·  Guru tersebut menunjukkan sebagai pemimpin pembelajaran yang mandiri dan penuh inisiatif untuk melakukan prakarsa perubahan 

·      Guru yang inovatif dan kreatif dalam mengelola kelas 

·      Guru yang berpihak pada murid dan memikirkan kemajuan murid dalam belajar 

·     Guru memegang kendali dalam mengambil keputusan yang bijak dan melaksanakan keputusan

·    Memastikan adanya interaksi dua arah sehingga murid merasa dirinya penting, dan menjadi dirinya sendiri dengan variasi pembelajaran yang beragam 

·      Kelas yang diajar lebih bernuansa komunitas 

·      Terbuka untuk berkolaborasi dengan murid dan rekan sejawat 

  1. Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalam tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

Jawab :

Modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalam tayangan video tersebut dan pemanfaatannya adalah sebagai berikut :

a.     Modal Manusia

·     Memanfaatkan kecerdasan dan kreativitas dari murid – murid  di sekolahnya untuk merancang kelas yang bisa memberikan penyemangat dalam pembelajaran.

·      Memiliki guru yang kompeten dan profesionalisme yang bisa berkomunikasi baik dengan murid 

·           Murid yang memiliki potensi yang beragam yang siap dikembangkan 

·           Adanya pemangku kepentingan yang siap mendukung program prakarsa perubahan yang direncanakan oleh guru 

b.     Modal Sosial

·           Bekerja sama dengan rekan sejawat 

·           Bekerja sama dengan guru kelas 2 dan kelas 6 untuk menjadi kelas inspirasi 

c.     Modal Politik

·           Kepala Sekolah yang mendukung 

·           Guru dan murid yang terbuka 

d.     Modal Agama dan Budaya

Memiliki hubungan yang baik antar warga sekolah serta masyarakat dan lingkungan sekolah

e.     Modal Fisik

·           Memanfaatkan ruang kelas sebagai media mewujudkan kelas impian 

·  Sekolah yang asri dan mendukung murid untuk melakukan perubahan pembelajaran 

·    Memiliki tempat bermain yang luas untuk menumbuhkan karakter dan budi pekerti 

f.       Modal Lingkungan Alam

·           Menggunakan ruang kelas sebagai area penyemangat belajar 

·    Lingkungan alam sekolah yang asri mendukung interaksi murid yang penuh keakraban sehingga memunculkan kreativitas dari murid 

g.     Modal Finansial

    Sekolah memiliki sumber keuangan yang jelas, baik dari pemerintah, orang tua murid, dan donatur yang sudah bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mewujudkan sekolah yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar.

Monday, February 13, 2023

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 - "Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin”

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.


Kegiatan Pemantik
:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
~ Bob Talbert ~

  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 


 

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1.     Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Jawab :

Filosofi Pratap Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata “Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid.

Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada BUDI PEKERTI. BUDI (cipta, rasa, karsa) dan PEKERTI (tenaga/raga) harus seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi kepada murid, atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah " Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak". 

"Pendidikan itu harus memerdekakan"

Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.

2.     Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Jawab :

Nilai-Nilai Kebajikan

Nilai-nilai yang dimiliki seorang guru adalah nilai kebajikan, di antaranya keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita.

Sebagai Calon Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

3.     Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Jawab :

Dalam dunia pendidikan Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (TIRTA). 

Menilik kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. kita, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya. Hal ini selaras dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka.

Pendekatan coaching model TIRTA menjadi selaras jika disandingkan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada anak. Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Dalam proses coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.

4.  Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Jawab :

Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL).

Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

5.    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Jawab :

Sebagai seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita harus  mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu lebih berupa bujukan moral. "Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral." (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).

Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketika Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .

Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran kita memiliki kecenderungan pada prinsip : (1). Melakukan, demi kebaikan orang banyak.; (2). Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri kita; (3). Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Jawab :

Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :

  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika 
  • bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut

7.  Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawab :

  • Mengambil keputusan sendiri untuk masalah/kasus pribadi saya sebagai pendidik
  • Ketika berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan masyarakat (dalam konteks di sekolah). Kecenderungan pendapat individu (kelompok kecil) akan terpatahkan oleh masyarakat (kelompok besar). Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak yang memiliki kompetesi pengetahuan rendah tetapi memiliki nilai karakter yang baik.
  • Trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
  • Kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak.
  • Menyelidiki situasi atau masalah secara detail atau mengumpulkan berbagai macam informasi terkait dengan situasi tersebut. Contoh : Seringkali informan memberi keterangan yang tidak konsisten.

8.     Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Jawab :

"Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)

Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat “menuntun” dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

9.    Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Jawab :

Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Jawab :

Guru sebagai pendidik yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat yang dimiliki oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak meraih kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai pamong, yang mengedepankan azaz pratap trikolaka ing ngarso sung thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada BUDI PEKERTI anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN.

Dibutuhkan nilai-nilai kebajikan  agar setiap keputusan yang diambil oleh guru merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa : keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak yang akan menjadi role model bagi murid yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .

Selain itu, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :

·           Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus

·           Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.

·           Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika 

·           bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut

Karena itu, dibutuhkan keterampilan Kepemimpinan Pendukung Pemimpin Pembelajaran, diantaranya, adalah sebagai berikut :

·           Pengetahuan diri

·           Manajemen Waktu dan Kehidupan

·           Agen Perubahan

·           Tujuan dan Usaha Bersama

·           Pengambilan Keputusan Beretika

·           Pengaruh Komunikasi Persuasif

·           Budaya Iklim Komunitas

·           Transisi Kepemimpinan dan Perencanaan Suksesi

·           Arahan yang Jelas dan Tegas

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Jawab :

Dilema Etika adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar lawan benar. Bujukan moral adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar lawan salah. Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, tentu seringkali kita menghadapi situasi dimana kita harus mengambil keputusan dimana terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama[1]sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Namun sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 1. Individu lawan kelompok (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran juga bisa menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).  Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan 1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini 4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola) 5. Pengujian paradigma benar atau salah 6. Prinsip pengambilan keputusan 7. Investigasi tri lema 8. Buat keputusan 9. Meninjau kembali keputusan dan refleksikan. Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah saat saya mengambil suatu keputusan saya berfikir hanya perlu mengumpulkan fakta dan melihat benar-salah. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya berargumen jika pengambilan keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang memiliki resiko paling sedikit terhadap institusi dan diri sendiri.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Jawab :

Sebelum saya mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Bedanya dengan modul ini, setiap keputusan yang saya ambil dalam suatu instansi ataupun organisasi selalu saya dasarkan kepada dasar hukum/regulasi yang ada, dan selalu saya musyawarahkan dalam organisasi tersebut. Namun dalam modul ini, saya mengenal 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

13.  Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Jawab :

Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 adalah saya menjadi lebih percaya diri dalam mengambil keputusan, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal serta terutama berpihak kepada murid.

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Jawab :

Sangat penting sekali mempelajari modul 3.1 ini tentang “Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin”. Karena setiap kita adalah Pemimpin bagi diri kita sendiri, keluarga, maupun di instansi ataupun di organisasi lainnya. Dengan mempelajari modul ini, saya mendapatkan pengetahuan baru dalam mengambil keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Dan semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan.

3.2.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 3.2

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat menganalisis tentang visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang ada. CGP...